BAB I
PENDAHULUAN
Pandangan tentang patogenesis asma telah mengalami perubahan pada
beberapa dekade terakhir. Dahulu dikatakan bahwa asma terjadi karena
degranulasi sel mast yang terinduksi bahan allergen, menyebabkan pelepasan
beberapa mediator seperti histamine dan leukotrien sehingga terjadi kontraksi
otot polos bronkus. Saat init telah dibuktikan bahwa asma merupakan penyakit
inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan beberapa sel, menyebabkan
pelepasan mediator yang dapat mengaktivasi sel target saluran nafas sehingga
terjadi bronkokontriksi, kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus,
dan stimulasi refleks saraf.
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang
berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran nafas sehingga memicu episode
mengi berulang, sesak nafas, dan batuk terutama pada malam atau dini hari.
Gejala ini berhubungan dengan luas inflamasi, menyebabkan obstruksi saluran
nafas yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversible secara spontan maupun
dengan pengobatan. Proses inflamasi pada asma khas ditandai dengan peningkatan
eosinofil, sel mast, makrofag, serta limfosit T di lumen dan mukosa saluran nafas.
Proses ini dapat terjadi pada asma asimptomatik dan bertambah berat sesuai
dengan berat klinis penyakit.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi Asma
Batasan asma yang lengkap menggambarkan konsep inflamasi sebagai
dasar mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh GINA. Asma didefinisikan
sebagai gangguan inflamasi kronik
saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil,
dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi
berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam hari
atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas
yang luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversibel baik
secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga
berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan.
Pedoman Nasional Asma Anak juga
menggunakan batasan yang praktis dalam bentuk batasan operasional yaitu mengi
berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul
secara episodik, cenderung pada malam hari atau dini hari (nokturnal), musiman,
adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisis, dan bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau
atopi lain pada pasien atau keluarganya.
2.2 Prevalensi
Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain:
1.
Jenis kelamin
Pada usia anak-anak, rasio prevalensi
pada laki-laki mudah terkena asma dibandingkan pada wanita (2:1) dan kemungkinan
pada usia dewasa (lebih kurang 30 tahun) ratio prevalensinya menjadi sama. Pada
lansia, prevalensi pada wanita lebih banyak.
2.
Umur pasien
Asma dapat diderita pada semua usia,
terutama pada usia muda.serta dapat kambuh setelah menghilang beberapa tahun.
Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada pula yang
melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga
berbeda-beda antara satu kota dengan kota yang lain di negara yang sama.
3.
Faktor
keturunan
4.
Faktor
lingkungan
Tingkat prevalensi asma di daerah atau
kawasan industri lebih tinggi. Kualitas udara yang buruk (asap, uap, dan debu)
dapat menjadi penyebab meningkatnya resiko terjadinya asma. Pemaparan alergen
dan iritan saluran napas, seperti asap rokok, serbuk sari, meningkatkan
kemungkinan resiko berkembangnya resiko asma pada bayi, serta menimbulkan
penderita asma baru atau memperberat yang sudah ada.
2.3
Epidemiologi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO 300 juta
orang di dunia mengidap asma, 225.000 orang meninggal karena asma. Kematian
akibat asma meningkat 20% dari saat ini jika tidak dilakukan tindakan yang
signifikan.
Dilaporkan bahwa sejak dua
dekade terakhir prevalensi asma meningkat, baik pada anak-anak maupun
dewasa. Di negara-negara maju, peningkatan berkaitan dengan polusi udara dari
industri maupun otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan merokok, pola
makanan, penggunaan susu botol dan paparan alergen dini. Asma mempunyai
dampak negatif pada kehidupan penderitanya termasuk untuk anak, seperti
menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan total asma di dunia
diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).
Penyakit asma merupakan kelainan yang sering
ditemukan dan diperkirakan 4 hingga 5
persen populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Angka
yang serupa juga dilaporkan dari negara lain. Asma bronkial terjadi pada segala
usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul
sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya sebelum usia 40 tahun. Pada
usia kanak-kanak terdapat predeposisi laki-laki/perempuan 2:1, yang kemudian
menjadi sama pada usia 30 tahun.
2.4
Etiologi
Asma merupakan penyakit heterogen, oleh karena itu
kepentingan epidemiologi danklinis penting untuk membuat klasifikasi asma
berdasarkan rangsangan utama yang membangkitkan atau rangsangan yang berkaitan
dengan episode akut. Serangan asma timbul apabila ada rangsangan pencetus,
diantaranya :
a.
Faktor penjamu (faktor pada pasien) :
·
Aspek genetik
·
Kemungkinan
alergi
·
Saluran napas
yang memang mudah terangsang
·
Jenis kelamin
b. Faktor
lingkungan :
1. Bahan-bahan di dalam
ruangan : Tungau debu rumah, kecoa
2. Bahan-bahan di luar ruangan : Tepung sari bunga, Jamur
3. Makanan-makanan tertentu, bahan pengawet, penyedap, pewarna makanan
4. Obat-obatan tertentu
5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
6. Ekspresi emosi yang berlebihan
7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
9. Infeksi saluran napas
10. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan
2. Bahan-bahan di luar ruangan : Tepung sari bunga, Jamur
3. Makanan-makanan tertentu, bahan pengawet, penyedap, pewarna makanan
4. Obat-obatan tertentu
5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
6. Ekspresi emosi yang berlebihan
7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
9. Infeksi saluran napas
10. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan
aktivitas fisik tertentu.
11. Perubahan cuaca
11. Perubahan cuaca
2.5 Patofisiologi
Inflamasi saluran
napas yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal yang mendasari
gangguan fungsi obstruksi saluran napas menyebabkan hambatan aliran udara yang
dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan. Perubahan fungsional yang
dihubungkan dengan gejala khas pada asma ; batuk, sesak dan wheezing dan
disertai hipereaktivitas saluran respiratorik terhadap berbagai rangsangan.
Batuk sangat mungkin disebabkan oleh stimulasi saraf sensoris pada saluran
respiratorik oleh mediator inflamasi dan terutama pada anak, batuk berulang
bisa jadi merupakan satu-satunya gejala asma yang ditemukan.
Mekanisme Terjadinya Kelainan Pernapasan
Baik orang normal maupun penderita asma,
bernapas dengan udara yang kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya
mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari
debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.
Oleh karena adanya rangsangan dari
partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka timbul mekanisme rambut
getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong
keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui reflek batuk.
Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka
(hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel
tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang
sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:
- Otot polos yang menghubungkan cincin tulang
rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut
- Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
- Bila ada infeksi,
misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi
sembab/pembengkakan dalam saluran napas
Hasil akhir dari semua itu adalah
penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya menjadi sesak napas, batuk
keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri, keluar dahak
yang kental bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi
yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.
2.6 Diagnosis
Wheezing berulang dan / atau
batuk kronik berulang merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis. Termasuk
yang perlu dipertimbangkan kemungkinan asma adalah anak-anak yang hanya
menunjukkan batuk sebagai satu-satunya tanda, dan pada saat diperiksa tanda wheezing,
sesak dan lain-lain sedang tidak timbul.
Sehubungan dengan kesulitan mendiagnosis asma pada
anak kecil, khususnya anak di bawah 3 tahun, respons yang baik terhadap obat
bronkodilator dan steroid sistemik (5 hari) dan dengan penyingkiran penyakit
lain diagnosis asma menjadi lebih definitif. Untuk anak yang sudah besar (>6
tahun) pemeriksaan faal paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang
sederhana dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan
spirometer. Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan (exercise),
udara kering dan dingin atau dengan NaCl hipertonis, sangat menunjang
diagnosis. Pemeriksaan ini berguna untuk mendukung diagnosis asma anak melalui
3 cara yaitu didapatkannya:
1.
Variabilitas pada PFR atau FEVI > 15 %
Variablitas harian adalah
perbedaan nilai (peningkatan / penurunan) hasil PFR dalam satu hari. Penilaian
yang baik dapat dilakukan dengan variabilitas mingguan yang pemeriksaan
berlangsung > 2 minggu.
2.
Reversibilitas pada PFR atau FEVI > 15%
Reversibilitas adalah
perbedaan nilai (peningkatan) PFR atau FEVI setelah pemberian inhalasi bronkodilator.
3.
Penurunan > 20 % pada FEVI (PD20 atau PC20)
setelah provokasi bronkus dengan metakolin atau histamin.
Berdasakan alur diagnosis asma anak, setiap anak yang
menunjukkan gejala batuk dan / atau wheezing maka diagnosis akhirnya
dapat berupa :
1.
Asma
2. Asma dengan penyakit lain
3. Bukan asma
2.7 Klasifikasi Asma
Klafikasi asma berdasarka gejala, yaitu :
n Asma Intermitten
Pada jenis ini serangan asma timbul kadang-kadang. Diantara dua
serangan APE (Pemantaun Arus Puncak Ekspirasi) normal, tidak terdapat atau ada
hipereaktivitas bronkus yang ringan.
n Asma Persisten
Terdapat variabilitas APE antara siang dan malam hari,
serangan sering terjadi dan terdapat hiperaktivitas bronkus. Pada beberapa
penderita asma persisten yang berlangsung lama, faal paru tidak pernah kembali
normal meskipun diberikan peng-obatan kortikosteroid yang intensif.
n Brittle Asthma
Penderita
jenis ini mempunyai saluran napas yang sangat sensitif, variabilitas obstruksi
saluran napas dari hari ke hari sangat ekstrim: Penderita ini mempunyai risiko
tinggi untuk efektif meskipun tidak dapat disembuhkan. Penatalaksanaan yang
paling efektif adalah mencegah atau mengurangi inflamasi kronik dan
menghilangkan faktor penyebab. Faktor utama yang berperan dalam kesakitan dan
kematian pada asma adalah tidak terdiagnosisnya penyakit ini dan pengobatan
yang tidak cukup.
Klasifikasi asma berdasarkan penyebabnya, asma digolongkan menjadi :
1. Asma alergi
Asma alergi berhubungan dengan sejarah penyakit
alergi yang diderita seseorang dan atau keluarganya (rhinitis, urtikaria, dan
eksim) memberikan reaksi kulit positif pada pemberian injeksi antigen secara
intradermal, peningkatan IgE dalam serum, serta memberikan respon positif pada
uji inhalasi antigen spesifik.
2. Asma non alergi
Asma dapat pula dapat terjadi pada seseorang yang
tidak memiliki sejarah alergi, uji kulit negatif, dan kadar IgE dalam serumnya
normal. Asma jenis ini antara lain dapat timbul ketika seseorang menderita
penyakit saluran nafas atas
3. Campuran asma alergi dan non alergi
Banyak penderita asma yang tidak dapat jelas
dikelompokkan pada asma alergi dan non alergi, tapi memiliki penyebab diantara
kedua kelompok tersebut.
Klasifikasi berdasarkan organ yang diserang
1. Asma bronkhial
Asma ini merupakan serangan gangguan
pernapasan dan terjadi kesulitan respirasi karena penyempitan spastik bronkhus
dan pembengkakan mukosa yang disertai pengeluaran lendir kental dan kelenjar
bronkhus.
2. Asma kardiak
Asma ini merupakan serangan gangguan pernapasan
pada penderita penyakit jantung akibat tidak berfungsi bilik kiri jantung dan
bendungan pada paru-paru.
a.
Pengobatan Asma
a.
Pengobatan non farmakologi
1.
Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja
mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan
penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain
berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang
cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum
kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit
jantung atau ginjal yang berat.Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di
saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila
penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar
dikeluarkan.Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan
cairan. Hal ini disebabkan
oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan
yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.
2. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari
sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya
sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan
cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan
tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit
mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.Hewan peliharaan,
asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan
penyakit asma. Lingkungan
pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan
antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
3. Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma
adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami.
Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga
perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat
menimbulkan penyakit asma.Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan
penyakit asma. Sebaiknya
penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza.
Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak.Hindari
kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim,
berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan
berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai
obat pencegah serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas
seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan
udara kotor lainnya harus dihindari.Perhatikan obat-obatan yang diminum,
khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker),
obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan
zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
b. Pengobatan farmakologi
Terapi Farmakologi Asma
1.
Short term relievers (pereda
jangka pendek)
Contoh: Bronkodilator
•
B2 agonist
(terbutalin, salbutamol, eformeterol)
•
Metil xantin (teofilin, aminofilin)
•
Antikolinergik
(atropin,ipatropium klorida)
2. Long term
controlless (pengontrol jangka panjang)
Contoh :
•
Steroid (Beklometason,
budesonid, flutikason)
• Nonsteroid (sodium kromogilat, nedokromil
sodium)
3. Obat-obat lain
Contoh :
•
Antihistamin (ketotipen,
tiazinamium)
• Ekspektoran dan mukolitik (ambroksol,
kalium iodide)
B2agonist
Saraf adrenergik melakukan kontrol terhadap otot
polos saluran napas secara tidak langsung yaitu melalui katekolamin/epinefrin
dalam tubuh. Mekanisme adrenergik meliputi saraf simpatis, katekolamin dalam
darah, reseptor adrenergik dan reseptor adrenergik. Perangsangan pada reseptor
adrenergik menyebabkan bronkokonstriksi dan perangsangan reseptor adrenergik
akan menyebabkan bronkodilatasi
Metil xantin
antikolinergik
Digunakan untuk pasien yang tidak tahan terhadap penggunaan agonisr
adrenoreseptor dengan mekanisme yang sama. Saraf kolinergik merupakan
bronkokonstriktor saluran napas dominan pada binatang dan manusia. Peningkatan
refleks bronkokonstriksi oleh kolinergik dapat melalui neurotransmiter atau
stimulasi reseptor sensorik saluran napas oleh modulator inflamasi seperti
prostaglandin, histamin dan bradikinin.
Ipratropium bromide (Atrovent). Ipratropium
memakan waktu lebih lama untuk bekerja dibandingkan dengan beta-2 agonists,
dengan keefektifan puncaknya terjadi dua jam setelah masukan dan bertahan
selama enam jam. Anticholinergic agents dapat juga sebagai obat yang sangat
membantu untuk pasien-pasien dengan emphysema.
Golongan steroid
Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif
dalam mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan dalam jangka panjang,
secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya
serangan penyakit asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap
sejumlah rangsangan.
Pengubah Leukotrien
Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan penyakit asma.
Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat
oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala penyakit asma). Contohnya
montelucas, zafirlucas dan zileuton
Cromolin dan nedocromil
Cromolin
dan nedocromil diduga
menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya
kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah
terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif
untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi
relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
Antihistamin
Obat ini memblokir
reseptor histamine sehingga akan mencegah efek bronkhioli.
Mukolitik dan
ekspektoran
Untuk mengurangi
kekentalan dahak, mukolitik untuk merombak mukoprotein dan ekspektoran untuk
mengencerkan dahak sehingga mempermudah pengeluaran dahak.
Magnesium
Sulfat
Pada penelitian
multisenter, pemberian magnesium sulfat intravena (infus) di rumah sakit
mempunyai efektivitas sama dengan pemberian beta agonis.
Obat sedasi (mempunyai efek membuat kantuk)
Pemberian obat sedasi pada serangan asma sangat tidak dianjurkan, karena
menekan pernapasan.
Anti histamin (anti alergi)
Anti histamin jangan diberikan pada serangan asma, karena tidak mempunyai
efek yang bermakna, bahkan dapat memperburuk keadaan.
Mekanisme Kerja Obat
Golongan Obat
|
Mekanisme
|
Bronkhodilator
: (salbutamol, terbutalin, salmeterol)
|
Bekerja selektif terhadap reseptor β2 adrenergik. Stimulasi β2 di
trakea dan bronkhi menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase yang memperkuat
perubahan ATP menjadi cAMP sehingga akan menghasilkan beberapa efek melalui
enzim fosfokinase yaitu bronkhodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator
oleh sel mast.
|
Antikolinergik (ipratropium, deptropin)
|
Memblok efek pelepasan asetilkolin dari
saraf kolinergik pada jalan nafas.
|
Metil Xantin (aminofilin, teofilin)
|
Blokade reseptor adenosin, bronkhodilatasi
berhubungan dengan hambatan fosfodiesterase terjadi pada konsentrasi tinggi.
|
Mukolitik dan Ekspektoran (ambroksol, kalium iodida, amonium klorida)
|
Untuk mengurangi kekentalan dahak,
mukolitik untuk merombak mukoprotein dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak
sehingga mempermudah pengeluaran dahak.
|
Kortikosteroid (beklometason, deksametason)
|
Meniadakan efek mediator seperti peradangan.
Daya antiradang ini berdasarkan blokade enzim fosfolipase A2 sehingga
membentuk mediator peradangan prostaglandin dan leukotrien dari asam
arakhidonat tidak terjadi. Kortikosteroid menghambat mekanisme kegiatan
alergen yang melalui IgE dapat menyebabkan degranulasi sel mast juga akan
meningkatkan reseptor β2 sehingga efek βmimetik diperkuat.
|
Antihistamin (ketotipen, tiazinamium)
|
Obat ini memblokir reseptor histamin
sehingga akan mencegah efek bronkhioli.
|
Terapi Inhalasi
Beberapa alat inhalasi :
1. Alat terapi inhalasi pada dewasa tanpa spicer
- Alat
terapi inhalasi pada anak dengan spicer
b.
Interaksi Obat
Interaksi
|
Efek
|
Obat asma kelompok epinefrin dan teofillin
-stimulan lain
|
Perangsangan sistem saraf pusat berlebihan
disertai gelisah, agitasi, tremor, takhikardia, palpitasi jantung, demam,
hilangnya koordinasi otot, pernapasan yang cepat dan dangkal, insomnia, pada
kasus yang berat dapat terjadi kenaikan tekanan darah yang berbahaya,
ditandai sakit kepala, gangguan penglihatan, atau kebingungan.
|
Kelompok epinefrin-antidepresan jenis siklik
|
Efek epnefrin akan meningkat. Akibatnya dapat
terjadi aritmia jantung atau kenaikan tekanan darah yang berbahaya. Gejalanya kelainan jantung, sakit kepala, demam, gangguan
penglihatan
|
Kelompok epinefrin – obat jantung digitalis
|
Merangsang jantung berlebihan akibatnya
kemungkinan terjadi aritmia jantung
|
Kelompok teofilin-simetidin
|
Efek teofilin meningkat. Akibatnya terjadi efek
samping merugikan yang banyak.
|
Kelompok teofilin- vaksin influenza
|
Efek teofilin meningkat akbatnya efek samping
merugikan banyak.
|
Kelompok teofilin-antibiotik eritromisin
|
Efek teofilin meningkat. Akibatnya efek samping
merugikan terlalu banyak
|
Kelompok teofilin –allupurinol
|
Efek teofilin meningkat akibatnya efek samping yang merugikan
akibat teofilin. Gejalanya mual, pusing, mudah terangsang, tremor, insomnia,
takhikardia, aritmia jantung, kejang.
|
Kelompok teofilin-troleondomisisn
|
Efek teofilin meningkat akibatnya terjadi efek
samping merugikan yang banyak
|
Kelompok epinfrin-antipsikotika
|
Menyebabkan penurunan tekanan darah yang berbahya. Akibatnya
pusing, lemah, pingsan, kemungkinan terjadi kejang atau syok.
|
Kelompok Epinefrin-obat jantung pemblok beta
|
Efek epinefrin akan dilawan. Akibatnya saluran
bronkhus paru-paru kurang terbuka sehingga tidak dapat menanggulangi asma
|
Kelompok epinefrin-obat diabetes
|
Efek obat diabetes berkurang. Akibatnya kadar gula darah tetap
tinggi. Gejalanya haus dan lapar berlebihan, pengeluaran urin yang tak banyak
seperti biasa, mengantuk, lelah, berat badan menurun
|
Kelompok epinefrin – obat hipertensi
|
Efek obat hipertensi diantagonis. Akibatnya tekanan darah tidak
dapat dikendalikan dengan baik
|
Kelompok teofilin-alkohol
|
Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak
terkendali dengan baik.
|
kelompok teofilin barbiturat
|
Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak terkendali baik.
|
Kelompok teofilin-rokok
|
Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak terkendali baik
|
Kelompok teofilin-fenitoin
|
Efek fenitoin berkurang. Akibatnya kemungkinan terjadi aritmia
jantung
|
Kelompok teofilin-litium
|
Efek litium berkurang. Litium adalah antipsikotika yang digunakan
untuk mengobati kelainan manik depresif. Akibatnyua kondisi yang ditangani
tidak terawasi baik
|
Kelompok teofilin- trankuilansia
|
Efek obat teofilin berkurang. Akbatnya asma
tidak terkendali baik
|
2.9 Komplikasi
Komplikasi
terjadi akibat :
1.
Keterlambatan
penanganan
2.
Penanganan
yang tidak adekuat
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1. Akut :
·
Dehidrasi
·
Gagal nafas
·
Infeksi
saluran nafas
2. Kronik :
·
Kor-pulmonale
·
PPO-Kronis
·
Pneumotorak
BAB III
PEMBAHASAN
- Apa yang dimaksud dengan
heteregenosa? Edukasi pada pasien asma? Serbuk putih sekitar mulut setelah
penggunaan obat asma inhalasi?
Jawab : Heterogenosa adalah faktor gen yang
bermacam-macam. Edukasi ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
terapi, diantaranya menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghindari faktor
pencetus. Serbuk putih yang dimaksud adalah jamur akibat dari
penggunaan alat inhalasi yang tidak sesuai kebersihannya.
- Apakah asma dapat
sembuh secara total?
Jawab : Setelah pengobatan, asma dapat terjadi
kembali pada pasien, Hal itu tergantung
dari pengobatannya. Kepatuhan pasien dan cara hidup mempengaruhi hasil
pengobatan.
- Penanganan asma pada
ibu hamil dan bila penyebab asma tidak diketahui, bagaimana tindakan kita
sebagai seorang apoteker?
Jawab : Pengobatan pada ibu hamil menggunakan obat
asma yang diberikan dalam bentuk inhalasi karena bila diberikan dalam bentuk
oral takut beresiko terhadap janin.. Jika penyebab asma tidak diketahui maka
ditanyakan kepada orang yang menemani pasien apa obat yang digunakan dan
berikan obat tersebut pada pasien.. Jika tidak mengetahui jenis obat yang
digunakan maka diusahakan diberikan bronkhodilator terutama jenis sedíaan
inhalasi sehingga efek bronkhodilatasi lebih cepat terjadi dan pasien menjadi
sedikit lebih baik.
- Bagaimana mekanisme
terjadinya asma yang disebabkan oleh alergi? Bagaimana dengan suhu tinggi
dan batuk pada asma?
JAwab : Dalam tubuh terdapat kadar tinggi dari
antibodi alergi yaitu Imunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE ini akan mengenali
alergen dalam jumlah kecil seperti debu tungau, dan mengadakan reaksi seperti
dilepaskannya histamin yang menyebabkan bersin-bersin, pilek, mata berair dan
lain sebagainya. Adanya histamin menyebabkan terjadinya airways
hiperesponsiveness eosinofil. Kemudian terjadi obstruksi saluran nafas dimana saluran udara yang normal menjadi
menyempit akibat terjadinya peradangan. Hal tersebutlah yang menyebabkan
terjadinya asma. Suhu tinggi dan batuk merupakan pengaruh terjadinya asma.
Pengobatan yang dilakukan bisa dengan cara pemberian antihistamin untuk
menghambat pelepasan mediator (walaupun lebih tepat digunakan sebagai penstabil
membran) atau antiinflamasi yang mengurangi peradangan.
- Asma dan
pengobatannya.
Jawab:
BAB IV
KESIMPULAN
Asma
merupakan penyakit peradangan saluran nafas kronik akibat terjadinya
peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan. Pada penderita
yang peka, hal ini akan menyebabkan munculnya serangan batuk, bunyi mengi,
berdahak, sesak nafas, dan rasa tidak enak di dada terutama pada malam hari
atau dini hari.
Asma
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi penyakit asma dapat
dicegah dengan cara menghindari factor-faktor pencetus, diantaranya :
- Alergen, misalnya debu rumah, spora
jamur, tepung sari, bulu binatang.
- Iritan, seperti
asap, bau-bauan dan polusi
- Infeksi
saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
- Perubahan
cuaca yang ekstrim
- Kegiatan
jasmani yang berlebihan
- Obat-obatan
- Emosi
Selain yang diatas, penyakit asma juga dapat dicegah dengan menjauhkan
sebanyak mungkin faktor pencetus, melakukan latihan fisioterapi, mengurangi
kepekaan terhadap alergen dan prevensi virus dan bakteri. Tujuan untuk mencegah
reaksi antigenantibodi serta rangsangan asma dan menurunkan kegiatan
hipereaktivitas bronkhi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harknes R., Interaksi Obat, Penerbit ITB,
Bandung.
2.
Dipiro Joseph., Pharmacoteraphy
a Pathophisiologic Approach, 5th edition, Mc Grow-Hill Medical Publishing
Division.
3.
Mutschler E., Dinamika Obat,
Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi edisi 5, Penerbit ITB, Bandung, 2001.
4.
Rahardja Kirana, Tjay Tan Hoan,
Obat-Obat Penting, edisi 6, Penerbit Gramedia, Jakarta, 2007
5.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia , Asma, Jakarta , 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar