Kamis, 16 Februari 2012

Makalah Farmakoterafi "ASMA"



BAB I
PENDAHULUAN


Pandangan tentang patogenesis asma telah mengalami perubahan pada beberapa dekade terakhir. Dahulu dikatakan bahwa asma terjadi karena degranulasi sel mast yang terinduksi bahan allergen, menyebabkan pelepasan beberapa mediator seperti histamine dan leukotrien sehingga terjadi kontraksi otot polos bronkus. Saat init telah dibuktikan bahwa asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan beberapa sel, menyebabkan pelepasan mediator yang dapat mengaktivasi sel target saluran nafas sehingga terjadi bronkokontriksi, kebocoran mikrovaskular, edema, hipersekresi mukus, dan stimulasi refleks saraf.
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran nafas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak nafas, dan batuk terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini berhubungan dengan luas inflamasi, menyebabkan obstruksi saluran nafas yang bervariasi derajatnya dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan pengobatan. Proses inflamasi pada asma khas ditandai dengan peningkatan eosinofil, sel mast, makrofag, serta limfosit T di lumen dan mukosa saluran nafas. Proses ini dapat terjadi pada asma asimptomatik dan bertambah berat sesuai dengan berat klinis penyakit. 







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Asma
Batasan asma yang lengkap menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh GINA. Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam hari atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan.
Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan batasan yang praktis dalam bentuk batasan operasional yaitu mengi berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam hari atau dini hari (nokturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisis, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien atau keluarganya.

2.2 Prevalensi
Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
1.          Jenis kelamin
Pada usia anak-anak, rasio prevalensi pada laki-laki mudah terkena asma dibandingkan pada wanita (2:1) dan kemungkinan pada usia dewasa (lebih kurang 30 tahun) ratio prevalensinya menjadi sama. Pada lansia, prevalensi pada wanita lebih banyak.

2.          Umur pasien
Asma dapat diderita pada semua usia, terutama pada usia muda.serta dapat kambuh setelah menghilang beberapa tahun. Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada pula yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi dari anak. Angka ini juga berbeda-beda antara satu kota dengan kota yang lain di negara yang sama.
3.          Faktor keturunan
4.          Faktor lingkungan
Tingkat prevalensi asma di daerah atau kawasan industri lebih tinggi. Kualitas udara yang buruk (asap, uap, dan debu) dapat menjadi penyebab meningkatnya resiko terjadinya asma. Pemaparan alergen dan iritan saluran napas, seperti asap rokok, serbuk sari, meningkatkan kemungkinan resiko berkembangnya resiko asma pada bayi, serta menimbulkan penderita asma baru atau memperberat yang sudah ada.

2.3 Epidemiologi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO 300 juta orang di dunia mengidap asma, 225.000 orang meninggal karena asma. Kematian akibat asma meningkat 20% dari saat ini jika tidak dilakukan tindakan yang signifikan. 
Dilaporkan bahwa sejak dua dekade terakhir prevalensi asma  meningkat, baik pada anak-anak maupun dewasa. Di negara-negara maju, peningkatan berkaitan dengan polusi udara dari industri maupun otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan merokok, pola makanan,  penggunaan susu botol dan paparan alergen dini. Asma mempunyai dampak negatif pada kehidupan penderitanya termasuk untuk anak, seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah dan total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).
Penyakit asma merupakan kelainan yang sering ditemukan dan diperkirakan  4 hingga 5 persen populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Angka yang serupa juga dilaporkan dari negara lain. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat predeposisi laki-laki/perempuan 2:1, yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun.

2.4 Etiologi
Asma merupakan penyakit heterogen, oleh karena itu kepentingan epidemiologi danklinis penting untuk membuat klasifikasi asma berdasarkan rangsangan utama yang membangkitkan atau rangsangan yang berkaitan dengan episode akut. Serangan asma timbul apabila ada rangsangan pencetus, diantaranya :
a.       Faktor penjamu (faktor pada pasien) :
·         Aspek genetik
·         Kemungkinan alergi
·         Saluran napas yang memang mudah terangsang
·         Jenis kelamin
b.      Faktor lingkungan :
       1. Bahan-bahan di dalam ruangan : Tungau debu rumah, kecoa
       2. Bahan-bahan di luar ruangan : Tepung sari bunga, Jamur
       3. Makanan-makanan tertentu, bahan pengawet, penyedap, pewarna makanan
       4. Obat-obatan tertentu
       5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
       6. Ekspresi emosi yang berlebihan
       7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
       8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
       9. Infeksi saluran napas
      10. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan 
aktivitas fisik tertentu.
11. Perubahan cuaca

2.5 Patofisiologi
Inflamasi saluran napas yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal yang mendasari gangguan fungsi obstruksi saluran napas menyebabkan hambatan aliran udara yang dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan. Perubahan fungsional yang dihubungkan dengan gejala khas pada asma ; batuk, sesak dan wheezing  dan disertai hipereaktivitas saluran respiratorik terhadap berbagai rangsangan. Batuk sangat mungkin disebabkan oleh stimulasi saraf sensoris pada saluran respiratorik oleh mediator inflamasi dan terutama pada anak, batuk berulang bisa jadi merupakan satu-satunya gejala asma yang ditemukan.
Mekanisme Terjadinya Kelainan Pernapasan
Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.
Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.
bronkus
Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:
  • Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut
  • Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
  • Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan napas.


2.6 Diagnosis
            Wheezing berulang dan / atau batuk kronik berulang merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis. Termasuk yang perlu dipertimbangkan kemungkinan asma adalah anak-anak yang hanya menunjukkan batuk sebagai satu-satunya tanda, dan pada saat diperiksa tanda wheezing, sesak dan lain-lain sedang tidak timbul.
            Sehubungan dengan kesulitan mendiagnosis asma pada anak kecil, khususnya anak di bawah 3 tahun, respons yang baik terhadap obat bronkodilator dan steroid sistemik (5 hari) dan dengan penyingkiran penyakit lain diagnosis asma menjadi lebih definitif. Untuk anak yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan spirometer. Uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan (exercise), udara kering dan dingin atau dengan NaCl hipertonis, sangat menunjang diagnosis. Pemeriksaan ini berguna untuk mendukung diagnosis asma anak melalui 3 cara yaitu didapatkannya:
1.       Variabilitas pada PFR atau FEVI > 15 %
Variablitas harian adalah perbedaan nilai (peningkatan / penurunan) hasil PFR dalam satu hari. Penilaian yang baik dapat dilakukan dengan variabilitas mingguan yang pemeriksaan berlangsung > 2 minggu.
2.       Reversibilitas pada PFR atau FEVI > 15%
Reversibilitas adalah perbedaan nilai (peningkatan) PFR atau FEVI setelah pemberian inhalasi bronkodilator.
3.                  Penurunan > 20 % pada FEVI (PD20 atau PC20) setelah provokasi bronkus dengan metakolin atau histamin.
Berdasakan alur diagnosis asma anak, setiap anak yang menunjukkan gejala batuk dan / atau wheezing maka diagnosis akhirnya dapat berupa :
1.       Asma
2.       Asma dengan penyakit lain
3.       Bukan asma

2.7 Klasifikasi Asma
Klafikasi asma berdasarka gejala, yaitu :

n  Asma Intermitten
                  Pada jenis ini serangan asma timbul kadang-kadang. Diantara dua serangan APE (Pemantaun Arus Puncak Ekspirasi) normal, tidak terdapat atau ada hipereaktivitas bronkus yang ringan.

n  Asma Persisten
                  Terdapat variabilitas APE antara siang dan malam hari, serangan sering terjadi dan terdapat hiperaktivitas bronkus. Pada beberapa penderita asma persisten yang berlangsung lama, faal paru tidak pernah kembali normal meskipun diberikan peng-obatan kortikosteroid yang intensif.

n  Brittle Asthma
                  Penderita jenis ini mempunyai saluran napas yang sangat sensitif, variabilitas obstruksi saluran napas dari hari ke hari sangat ekstrim: Penderita ini mempunyai risiko tinggi untuk efektif meskipun tidak dapat disembuhkan. Penatalaksanaan yang paling efektif adalah mencegah atau mengurangi inflamasi kronik dan menghilangkan faktor penyebab. Faktor utama yang berperan dalam kesakitan dan kematian pada asma adalah tidak terdiagnosisnya penyakit ini dan pengobatan yang tidak cukup.

Klasifikasi asma berdasarkan penyebabnya, asma digolongkan menjadi :
1.      Asma alergi
Asma alergi berhubungan dengan sejarah penyakit alergi yang diderita seseorang dan atau keluarganya (rhinitis, urtikaria, dan eksim) memberikan reaksi kulit positif pada pemberian injeksi antigen secara intradermal, peningkatan IgE dalam serum, serta memberikan respon positif pada uji inhalasi antigen spesifik.
2.      Asma non alergi
Asma dapat pula dapat terjadi pada seseorang yang tidak memiliki sejarah alergi, uji kulit negatif, dan kadar IgE dalam serumnya normal. Asma jenis ini antara lain dapat timbul ketika seseorang menderita penyakit saluran nafas atas
3.      Campuran asma alergi dan non alergi
Banyak penderita asma yang tidak dapat jelas dikelompokkan pada asma alergi dan non alergi, tapi memiliki penyebab diantara kedua kelompok tersebut.


Klasifikasi berdasarkan organ yang diserang
1.      Asma bronkhial
Asma ini merupakan serangan gangguan pernapasan dan terjadi kesulitan respirasi karena penyempitan spastik bronkhus dan pembengkakan mukosa yang disertai pengeluaran lendir kental dan kelenjar bronkhus.
2.      Asma kardiak
Asma ini merupakan serangan gangguan pernapasan pada penderita penyakit jantung akibat tidak berfungsi bilik kiri jantung dan bendungan pada paru-paru.


a.                  Pengobatan Asma
a.                  Pengobatan non farmakologi
1. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan.Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.
2. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
3. Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak.Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari.Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
b.      Pengobatan farmakologi
Terapi Farmakologi Asma

1.      Short term relievers (pereda jangka pendek)
      Contoh: Bronkodilator
                           B2 agonist (terbutalin, salbutamol, eformeterol)
   Metil xantin (teofilin, aminofilin)
   Antikolinergik (atropin,ipatropium klorida)


2.   Long term controlless (pengontrol jangka panjang)
      Contoh :
   Steroid (Beklometason, budesonid, flutikason)
   Nonsteroid (sodium kromogilat, nedokromil sodium)
3.   Obat-obat lain
      Contoh :
   Antihistamin (ketotipen, tiazinamium)
   Ekspektoran dan mukolitik (ambroksol, kalium iodide)

B2agonist
Saraf adrenergik melakukan kontrol terhadap otot polos saluran napas secara tidak langsung yaitu melalui katekolamin/epinefrin dalam tubuh. Mekanisme adrenergik meliputi saraf simpatis, katekolamin dalam darah, reseptor adrenergik dan reseptor adrenergik. Perangsangan pada reseptor adrenergik menyebabkan bronkokonstriksi dan perangsangan reseptor adrenergik akan menyebabkan bronkodilatasi



Metil xantin
            Ada dua mekanisme yang diperkirakan terjadi. Mekanisme pertama adalah pada konsentrasi tinggi, obat ini dibuktikan dapat menghambat fosfodiesterase invitro. Enzim tersebut menghidrolisis cyclic nucleotide sehingga menghasilkan peningkatan konsentrasi cAMP intraseluler. Efek tersebut dapat menjelaskan terjadinya stimulasi kardiak dan relaksasi otot polos yang disebabkan oleh obat tersebut. Mekanisme kerja lainnya yaitu terjadinya hambatan pada reseptor permukaan sel untuk adenosine. Reseptor-reseptor tersebut memodulasi aktivitas adenylyl cyclace dan adenosine, yang telah terbukti dapat menyebabkan kontraksi otot polos, jalan napas terpisah, dan menyebabkan rilis histamine dari sel mast jalan napas.

antikolinergik
Digunakan untuk pasien yang tidak tahan terhadap penggunaan agonisr adrenoreseptor dengan mekanisme yang sama. Saraf kolinergik merupakan bronkokonstriktor saluran napas dominan pada binatang dan manusia. Peningkatan refleks bronkokonstriksi oleh kolinergik dapat melalui neurotransmiter atau stimulasi reseptor sensorik saluran napas oleh modulator inflamasi seperti prostaglandin, histamin dan bradikinin.
Ipratropium bromide (Atrovent). Ipratropium memakan waktu lebih lama untuk bekerja dibandingkan dengan beta-2 agonists, dengan keefektifan puncaknya terjadi dua jam setelah masukan dan bertahan selama enam jam. Anticholinergic agents dapat juga sebagai obat yang sangat membantu untuk pasien-pasien dengan emphysema.

Golongan steroid
Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan penyakit asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.

Pengubah Leukotrien
Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan penyakit asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala penyakit asma). Contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton

Cromolin dan nedocromil
Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.

Antihistamin
            Obat ini memblokir reseptor histamine sehingga akan mencegah efek bronkhioli.

Mukolitik dan ekspektoran
            Untuk mengurangi kekentalan dahak, mukolitik untuk merombak mukoprotein dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak sehingga mempermudah pengeluaran dahak.



Magnesium Sulfat
Pada penelitian multisenter, pemberian magnesium sulfat intravena (infus) di rumah sakit mempunyai efektivitas sama dengan pemberian beta agonis.
Obat sedasi (mempunyai efek membuat kantuk)
Pemberian obat sedasi pada serangan asma sangat tidak dianjurkan, karena menekan pernapasan.  
Anti histamin (anti alergi)
Anti histamin jangan diberikan pada serangan asma, karena tidak mempunyai efek yang bermakna, bahkan dapat memperburuk keadaan.  
Mekanisme Kerja Obat
Golongan Obat
Mekanisme
Bronkhodilator : (salbutamol, terbutalin, salmeterol)
Bekerja selektif terhadap reseptor β2 adrenergik. Stimulasi β2 di trakea dan bronkhi menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase yang memperkuat perubahan ATP menjadi cAMP sehingga akan menghasilkan beberapa efek melalui enzim fosfokinase yaitu bronkhodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator oleh sel mast.
Antikolinergik (ipratropium, deptropin)
Memblok efek pelepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan nafas.
Metil Xantin (aminofilin, teofilin)
Blokade reseptor adenosin, bronkhodilatasi berhubungan dengan hambatan fosfodiesterase terjadi pada konsentrasi tinggi.
Mukolitik dan Ekspektoran (ambroksol, kalium iodida, amonium klorida)
Untuk mengurangi kekentalan dahak, mukolitik untuk merombak mukoprotein dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak sehingga mempermudah pengeluaran dahak.
Kortikosteroid (beklometason, deksametason)
Meniadakan efek mediator seperti peradangan. Daya antiradang ini berdasarkan blokade enzim fosfolipase A2 sehingga membentuk mediator peradangan prostaglandin dan leukotrien dari asam arakhidonat tidak terjadi. Kortikosteroid menghambat mekanisme kegiatan alergen yang melalui IgE dapat menyebabkan degranulasi sel mast juga akan meningkatkan reseptor β2 sehingga efek βmimetik diperkuat.
Antihistamin (ketotipen, tiazinamium)
Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga akan mencegah efek bronkhioli.







Terapi Inhalasi
Beberapa alat inhalasi :
1. Alat terapi inhalasi pada dewasa tanpa spicer












  1. Alat terapi inhalasi pada anak dengan spicer










b.      Interaksi Obat

Interaksi
Efek
Obat asma kelompok epinefrin dan teofillin -stimulan lain
Perangsangan sistem saraf pusat berlebihan disertai gelisah, agitasi, tremor, takhikardia, palpitasi jantung, demam, hilangnya koordinasi otot, pernapasan yang cepat dan dangkal, insomnia, pada kasus yang berat dapat terjadi kenaikan tekanan darah yang berbahaya, ditandai sakit kepala, gangguan penglihatan, atau kebingungan.
Kelompok epinefrin-antidepresan jenis siklik
Efek epnefrin akan meningkat. Akibatnya dapat terjadi aritmia jantung atau kenaikan tekanan darah yang berbahaya. Gejalanya kelainan jantung, sakit kepala, demam, gangguan penglihatan
Kelompok epinefrin – obat jantung digitalis
Merangsang jantung berlebihan akibatnya kemungkinan terjadi aritmia jantung
Kelompok teofilin-simetidin
Efek teofilin meningkat. Akibatnya terjadi efek samping merugikan yang banyak.
Kelompok teofilin- vaksin influenza
Efek teofilin meningkat akbatnya efek samping merugikan banyak.
Kelompok teofilin-antibiotik eritromisin
Efek teofilin meningkat. Akibatnya efek samping merugikan terlalu banyak
Kelompok teofilin –allupurinol
Efek teofilin meningkat akibatnya efek samping yang merugikan akibat teofilin. Gejalanya mual, pusing, mudah terangsang, tremor, insomnia, takhikardia, aritmia jantung, kejang.
Kelompok teofilin-troleondomisisn
Efek teofilin meningkat akibatnya terjadi efek samping merugikan yang banyak
Kelompok epinfrin-antipsikotika
Menyebabkan penurunan tekanan darah yang berbahya. Akibatnya pusing, lemah, pingsan, kemungkinan terjadi kejang atau syok.
Kelompok Epinefrin-obat jantung pemblok beta
Efek epinefrin akan dilawan. Akibatnya saluran bronkhus paru-paru kurang terbuka sehingga tidak dapat menanggulangi asma
Kelompok epinefrin-obat diabetes
Efek obat diabetes berkurang. Akibatnya kadar gula darah tetap tinggi. Gejalanya haus dan lapar berlebihan, pengeluaran urin yang tak banyak seperti biasa, mengantuk, lelah, berat badan menurun
Kelompok epinefrin – obat hipertensi
Efek obat hipertensi diantagonis. Akibatnya tekanan darah tidak dapat dikendalikan dengan baik
Kelompok teofilin-alkohol
Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak terkendali dengan baik.
kelompok teofilin barbiturat
Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak terkendali baik.
Kelompok teofilin-rokok
Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak terkendali baik
Kelompok teofilin-fenitoin
Efek fenitoin berkurang. Akibatnya kemungkinan terjadi aritmia jantung
Kelompok teofilin-litium
Efek litium berkurang. Litium adalah antipsikotika yang digunakan untuk mengobati kelainan manik depresif. Akibatnyua kondisi yang ditangani tidak terawasi baik
Kelompok teofilin- trankuilansia
Efek obat teofilin berkurang. Akbatnya asma tidak terkendali baik

2.9 Komplikasi
            Komplikasi terjadi akibat :
1.                  Keterlambatan penanganan
2.                  Penanganan yang tidak adekuat
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1.      Akut :
·                     Dehidrasi
·         Gagal nafas
·                     Infeksi saluran nafas
2.      Kronik :
·         Kor-pulmonale
·         PPO-Kronis
·         Pneumotorak






BAB III
PEMBAHASAN

  1. Apa yang dimaksud dengan heteregenosa? Edukasi pada pasien asma? Serbuk putih sekitar mulut setelah penggunaan obat asma inhalasi?
Jawab : Heterogenosa adalah faktor gen yang bermacam-macam. Edukasi ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi, diantaranya menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghindari faktor pencetus. Serbuk putih yang dimaksud adalah jamur akibat dari penggunaan alat inhalasi yang tidak sesuai kebersihannya.
  1. Apakah asma dapat sembuh secara total?
Jawab : Setelah pengobatan, asma dapat terjadi kembali pada pasien,  Hal itu tergantung dari pengobatannya. Kepatuhan pasien dan cara hidup mempengaruhi hasil pengobatan.
  1. Penanganan asma pada ibu hamil dan bila penyebab asma tidak diketahui, bagaimana tindakan kita sebagai seorang apoteker?
Jawab : Pengobatan pada ibu hamil menggunakan obat asma yang diberikan dalam bentuk inhalasi karena bila diberikan dalam bentuk oral takut beresiko terhadap janin.. Jika penyebab asma tidak diketahui maka ditanyakan kepada orang yang menemani pasien apa obat yang digunakan dan berikan obat tersebut pada pasien.. Jika tidak mengetahui jenis obat yang digunakan maka diusahakan diberikan bronkhodilator terutama jenis sedíaan inhalasi sehingga efek bronkhodilatasi lebih cepat terjadi dan pasien menjadi sedikit lebih baik.
  1. Bagaimana mekanisme terjadinya asma yang disebabkan oleh alergi? Bagaimana dengan suhu tinggi dan batuk pada asma?
JAwab : Dalam tubuh terdapat kadar tinggi dari antibodi alergi yaitu Imunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE ini akan mengenali alergen dalam jumlah kecil seperti debu tungau, dan mengadakan reaksi seperti dilepaskannya histamin yang menyebabkan bersin-bersin, pilek, mata berair dan lain sebagainya. Adanya histamin menyebabkan terjadinya airways hiperesponsiveness eosinofil. Kemudian terjadi obstruksi saluran nafas  dimana saluran udara yang normal menjadi menyempit akibat terjadinya peradangan. Hal tersebutlah yang menyebabkan terjadinya asma. Suhu tinggi dan batuk merupakan pengaruh terjadinya asma. Pengobatan yang dilakukan bisa dengan cara pemberian antihistamin untuk menghambat pelepasan mediator (walaupun lebih tepat digunakan sebagai penstabil membran) atau antiinflamasi yang mengurangi peradangan.








  1. Asma dan pengobatannya.
Jawab:


BAB IV
KESIMPULAN


Asma merupakan penyakit peradangan saluran nafas kronik akibat terjadinya peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan. Pada penderita yang peka, hal ini akan menyebabkan munculnya serangan batuk, bunyi mengi, berdahak, sesak nafas, dan rasa tidak enak di dada terutama pada malam hari atau dini hari.
            Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi penyakit asma dapat dicegah dengan cara menghindari factor-faktor pencetus, diantaranya :
  1. Alergen, misalnya debu rumah, spora jamur, tepung sari, bulu binatang.
  2. Iritan, seperti asap, bau-bauan dan polusi
  3. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
  4. Perubahan cuaca yang ekstrim
  5. Kegiatan jasmani yang berlebihan
  6. Obat-obatan
  7. Emosi
Selain yang diatas, penyakit asma juga dapat dicegah dengan menjauhkan sebanyak mungkin faktor pencetus, melakukan latihan fisioterapi, mengurangi kepekaan terhadap alergen dan prevensi virus dan bakteri. Tujuan untuk mencegah reaksi antigenantibodi serta rangsangan asma dan menurunkan kegiatan hipereaktivitas bronkhi.

 




DAFTAR PUSTAKA

1.      Harknes R., Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung.
2.      Dipiro Joseph., Pharmacoteraphy a Pathophisiologic Approach, 5th edition, Mc Grow-Hill Medical Publishing Division.
3.      Mutschler E., Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi edisi 5, Penerbit ITB, Bandung, 2001.
4.      Rahardja Kirana, Tjay Tan Hoan, Obat-Obat Penting, edisi 6, Penerbit Gramedia, Jakarta, 2007
5.      Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma, Jakarta, 2004



Tidak ada komentar:

Posting Komentar