Kamis, 23 Februari 2012

TOGA (Tanaman Obat Keluarga) Edisi HIMAFA UIT


PENDAHULUAN
Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat dan sejahtera lahir dan batin. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pendidikan, karena hanya dengan kondisi kesehatan yang baik serta tubuh yang prima manusia dapat melaksanakan proses kehidupan untuk tumbuh dan berkembang menjalankan segala aktivitas hidupnya. Maka tidak terlalu berlebihan, jika ada selogan “Kesehatan memang bukan segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya tiada arti”.
Bertolak dari hal itu maka upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani, rokhani dan sosial) mutlak diperlukan baik secara pribadi maupun kelompok masyarakat untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Keterpaduan upaya kesehatan tersebut meliputi pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif). Berbagai cara bisa dilakukan dalam rangka memperoleh derajat kesehatan yang optimal, salah satunya dengan memanfaatkan tanaman obat.
Alam Indonesia merupakan alam yang subur, kaya akan tumbuhan terutama tumbuhan berkhasiat obat, baik yang terdapat di darat maupun di laut. Hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), baru-baru ini, menyebutkan, Indonesia memiliki 30.000 spesies tumbuhan yang berkhasiat obat. Kekayaan alam ini merupakan potensi besar yang harus dimanfaatkan terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, sejak dahulu nenek moyang kita telah banyak menggunakan tumbuh-tumbuhan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya.
Belakangan ini penggunaan tanaman obat dalam upaya kesehatan selain meningkat secara drastis, tidak lagi terbatas pada daerah pedesaan namun merambah sampai ke perkotaan. Hal ini selain didorong oleh trend untuk kembali ke alam (back to nature) juga merupakan imbas krisis eknomi yang mengakibatkan harga obat-obat sintetik semakin tidak terjangkau oleh masyarakat, dan yang lebih utama obat tradisional berbagai kelebihan yang dimiliki obat tradisional bila dibandingkan dengan obat-obat kimiawi/sintetik, diantaranya efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif. Hal lain yang sangat menggembirakan adalah bukti ilmiah yang didapatkan dari berbagai hasil penelitian akan manfaat dan khasiat dari obat tradisional menjadi menjadi pendorong utama kembalinya kepercayaan masyarakat terhadap obat tradisional.
Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman obat merupakan unsur penting dalam meningkatkan kemampuan individu atau keluarga untuk memperoleh hidup sehat. Berdasarkan hal itu, tulisan ini mencoba memaparkan beberapa aspek tentang obat tradisional, terkait dengan manfaat dan keamanannya, serta berbagai formulasi obat tradisional yang merupakan hasil dari berbagai penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menambah informasi tentang obat tradisional atau tanaman obat.
         

KELEBIHAN OBAT TRADISIONAL / TANAMAN OBAT
Dibandingkan obat-obat kimiawi/sintetik, memang obat tradisional atau tanaman obat memiliki beberapa kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.

A.   Efek samping obat tradisional relatif kecil
Penggunaan obat-obatan kimiawi/sintetik akhir-akhir ini banyak menemui masalah akibat berbagai efek samping yang merugikan yang ditimbulkan, terutama dalam penggunaan dalam waktu yang lama. Berbeda halnya dengan obat tradisional hal ini dapat dihindari selama digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta kesesuaian dengan penyakit yang diobati.

B.   Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat tradisional/komponen bioaktif tanaman obat
Dalam suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan kontra indikasi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki. Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan bahwa suatu formulasi terdiri dari komponen utama sebagai unsur pokok dalam tujuan pengobatan, asisten sebagai unsur pendukung atau penunjang, ajudan untuk membantu menguatkan efek serta pembawa sebagai pelengkap atau penyeimbang dalam formulasi. Setiap unsur bisa terdiri lebih dari 1 jenis tanaman obat sehingga komposisi obat tradisional lazimnya cukup kompleks.
Misalnya suatu formulasi yang ditujukan untuk menurunkan tekanan darah, komponennya terdiri dari : daun seledri (sebagai vasodilator), daun alpukat atau akar teki (sebagai diuretika), daun murbei atau besaren (sebagai Ca-antagonis) serta biji pala (sebagai sedatif ringan). Formulasi lain dimaksudkan untuk pelangsing, komponennya terdiri dari : kulit kayu rapet dan daun jati belanda (sebagai pengelat), daun jungrahap (sebagai diuretik), rimpang kunyit dan temu lawak (sebagai stomakik sekaligus bersifat pencahar). Dari formulasi ini walaupun nafsu makan ditingkatkan oleh temu lawak dan kunyit, tetapi penyerapan sari makanan dapat ditahan oleh kulit kayu rapet dan jati belanda. Pengaruh kurangnya defakasi dinetralisir oleh temulawak dan kunyit sebagai pencahar, sehingga terjadi proses pelangsingan sedangkan proses defakasi dan diuresis tetap berjalan sebagaimana biasa.

C.   Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi
Zat aktif pada tanaman obat umunya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder; sehingga memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek tersebut adakalanya saling mendukung (seperti pada herba timi dan daun kumis kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiksi (sperti pada akar kelembak). Sebagai contoh misalnya pada rimpang temu lawak (Curcuma xanthoriza) yang disebutkan memiliki beberapa efek farmakologi, antara lain : sebagai anti inflamasi (anti radang), anti hiperlipidemia (penurun lipida darah), cholagogum (merangsang pengeluaran produksi cairan empedu), hepatoprotektor (mencegah peradangan hati) dan juga stomakikum (memacu nafsu makan). Jika diperhatikan setidak-tidaknya ada 2 efek yang kontradiksi, yaitu antara anti hiperlipidemia dan stomakikum. Bagaimana mungkin bisa terjadi pada satu tanaman, terdapat zat aktif yang dapat menurunkan kadar lemak/kolesterol darah sekaligus dapat bersifat memacu nafsu makan. Hal serupa juga terdapat pada tanaman kelembak (Rheum officinale) yang telah diketahui mengandung senyawa antrakinon bersifat non polar dan berfungsi sebagai laksansia (urus-urus/pencahar); tetapi juga mengandung senyawa tanin yang bersifat polar dan berfungsi sebagai astringent/pengelat dan bisa menyebabkan konstipasi untuk menghentikan diare. Lain lagi dengan buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang pernah populer karena disebutkan dapat untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Kenyataan seperti itu disatu sisi merupakan keunggulan produk obat alam / obat tradisional; tetapi disisi lain merupakan bumerang karena alasan yang tidak rasional untuk bisa diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Terlepas dari itu semua, sebenarnya merupakan ‘lahan subur’ bagi para peneliti bahan obat alam untuk berkiprah memunculkan fenomena ilmiah yang bisa diterima dan dipertangungjawabkan kebenaran, keamanan dan manfaatnya.

D.   Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif
Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di dunia) telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang). Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan peningkatan kesejahteraan umat manusia.
Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi yang memerlukan penanggulangan secara cepat dengan mengunakan antibiotika (obat modern). Pada saat itu jika hanya mengunakan OT atau Jamu yang efeknya lambat, tentu kurang bermakna dan pengobatannya tidak efektif. Sebaliknya pada periode berikutnya hinga sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru yang potensinnya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai penyebab penyakit infeksi.
Akan tetapi timbul penyakit baru yang bukan disebabkan oleh jasad renik, melainkan oleh gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan degeneratif. Yang termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes (kecing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal dan hepatitis; sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik (radang persendian), asma (sesak nafas), ulser (tukak lambung), haemorrhoid (ambaien/wasir) dan pikun (Lost of memory). Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakain obat dalam waktu lama sehinga jika mengunakan obat modern dikawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat alam/obat tradisional, walaupun penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.

TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)
Tanaman obat keluarga atau lebih dikenal dengan singkatan TOGA merupakan tanaman yang mempunyai khasiat obat yang ditanam pada sebidang tanah, baik halaman atau di kebun sekitar rumah, atau bahkan di pot dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan.

MENGAPA TOGA PERLU DIKEMBANGKAN ?
Ada beberapa alasan penting mengapa TOGA perlu dikembangkan :
1.    TOGA sebagai sumber obat tradisional dapat dimanfaatkan untuk perawatan kesehatan dan kecantikan skala rumah tangga.
2.    Cukup banyak gangguan kesehatan yang bisa dicegah dan diobati dengan memanfaatkan TOGA
3.    Pengobatan modern cukup mahal yang terkadang tidak terjangkau oleh masyarakat.
4.    Membiasakan hidup selaras dengan alam
5.    Turut membantu pelestarian jenis-jenis tanaman obat asli Indonesia.

MANFAAT TOGA
Berbagai manfaat dapat diperoleh dari TOGA, diantaranya :
1.    Dapat mendekatkan masyarakat pada pelayanan kesehatan yang murah, aman, dan siap dimanfaatkan setiap saat.
2.    Memperindah lingkungan rumah tanggasehingga menjadi lebih hijau dan sehat.
3.    Menunjang kebutuhan sehari-hari akansayuran, buah-buahan, dan bumbu dapur.
4.    Menunjang pelestarian tanaman yang hampir punah.

PETUNJUK UMUM PEMBUATAN JAMU SEDERHANA DI RUMAH
1.    Bahan Baku
Bahan baku yang segar dicuci, pencucian sebaiknya dalam bentuk utuh (belum diproses/digiling), jika menggunakan tumbuhan yang sudah dikeringkan harus diperhatikan ada tidaknya cendawan. Tumbuhan yang sudah dikeringkan juga harus tetap dicuci.
2.    Air
Air yang digunakan untuk mencuci tumbuhan harus bersih.
3.    Peralatan
Untuk perebusan sebaiknya menggunakan panci atau alat perebus lainnya yang terbuat dari bahan stainless steel, kaca atau tanah.
4.    Meramu
Sebelum meramu tangan harus dicuci dan peramuan dilakukan di tempat yang bersih.
5.    Bobot dan Takaran
Jangan menggunakan tumbuhan dalam bobot yang berlebihan karena bisa menimbulkan efek samping.
6.    Penggunaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar