PENDAHULUAN
Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat dan
sejahtera lahir dan batin. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, disamping kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pendidikan, karena
hanya dengan kondisi kesehatan yang baik serta tubuh yang prima manusia dapat
melaksanakan proses kehidupan untuk tumbuh dan berkembang menjalankan segala
aktivitas hidupnya. Maka tidak terlalu berlebihan, jika ada selogan “Kesehatan memang bukan segala-galanya,
tetapi tanpa kesehatan segalanya tiada arti”.
Bertolak dari hal itu maka upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani,
rokhani dan sosial) mutlak diperlukan baik secara pribadi maupun kelompok
masyarakat untuk mewujudkan Indonesia
sehat 2010. Keterpaduan upaya kesehatan tersebut meliputi pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta
peningkatan kesehatan (promotif). Berbagai cara bisa dilakukan dalam rangka
memperoleh derajat kesehatan yang optimal, salah satunya dengan memanfaatkan tanaman
obat.
Alam Indonesia
merupakan alam yang subur, kaya akan tumbuhan terutama tumbuhan berkhasiat
obat, baik yang terdapat di darat maupun di laut. Hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), baru-baru
ini, menyebutkan, Indonesia
memiliki 30.000 spesies tumbuhan yang berkhasiat obat. Kekayaan alam ini
merupakan potensi besar yang harus dimanfaatkan terutama dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Pengobatan
tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, sejak dahulu
nenek moyang kita telah banyak menggunakan tumbuh-tumbuhan dalam mengatasi
berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya.
Belakangan ini penggunaan
tanaman obat dalam upaya kesehatan selain meningkat secara drastis, tidak lagi
terbatas pada daerah pedesaan namun merambah sampai ke perkotaan. Hal ini
selain didorong oleh trend untuk kembali ke alam (back to nature) juga merupakan imbas krisis eknomi yang
mengakibatkan harga obat-obat sintetik semakin tidak terjangkau oleh
masyarakat, dan yang lebih utama obat tradisional berbagai kelebihan yang
dimiliki obat tradisional bila dibandingkan dengan obat-obat kimiawi/sintetik,
diantaranya efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen
berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari
satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif. Hal lain yang sangat menggembirakan adalah bukti ilmiah yang
didapatkan dari berbagai hasil penelitian akan manfaat dan khasiat dari obat
tradisional menjadi menjadi pendorong utama kembalinya kepercayaan masyarakat
terhadap obat tradisional.
Pengetahuan tentang obat
tradisional dan pemanfaatan tanaman obat merupakan unsur penting dalam
meningkatkan kemampuan individu atau keluarga untuk memperoleh hidup sehat. Berdasarkan
hal itu, tulisan ini mencoba memaparkan beberapa aspek tentang obat tradisional,
terkait dengan manfaat dan keamanannya, serta berbagai formulasi obat
tradisional yang merupakan hasil dari berbagai penelitian. Hal ini dimaksudkan
untuk menambah informasi tentang obat tradisional atau tanaman obat.
KELEBIHAN
OBAT TRADISIONAL / TANAMAN OBAT
Dibandingkan obat-obat kimiawi/sintetik, memang obat tradisional atau
tanaman obat memiliki beberapa kelebihan, antara lain
: efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda
memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek
farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif.
A. Efek samping obat tradisional relatif kecil
Penggunaan
obat-obatan kimiawi/sintetik akhir-akhir ini banyak menemui masalah akibat
berbagai efek samping yang merugikan yang ditimbulkan, terutama dalam
penggunaan dalam waktu yang lama. Berbeda halnya dengan obat tradisional hal ini dapat dihindari selama digunakan dengan tepat,
baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta kesesuaian
dengan penyakit yang diobati.
B. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat
tradisional/komponen bioaktif tanaman obat
Dalam
suatu ramuan obat
tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman
obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai
efektivitas pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat
mungkin agar tidak menimbulkan kontra indikasi, bahkan harus dipilih jenis
ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki. Sebagai
ilustrasi dapat dicontohkan bahwa suatu formulasi terdiri dari komponen utama sebagai unsur pokok dalam tujuan
pengobatan, asisten sebagai unsur
pendukung atau penunjang, ajudan untuk membantu menguatkan efek serta pembawa sebagai pelengkap atau
penyeimbang dalam formulasi. Setiap unsur bisa terdiri lebih dari 1 jenis tanaman
obat sehingga komposisi obat tradisional lazimnya cukup kompleks.
Misalnya
suatu formulasi yang ditujukan untuk menurunkan tekanan darah, komponennya
terdiri dari : daun seledri (sebagai vasodilator), daun alpukat atau akar teki
(sebagai diuretika), daun murbei atau besaren (sebagai Ca-antagonis) serta biji
pala (sebagai sedatif ringan). Formulasi lain dimaksudkan untuk pelangsing,
komponennya terdiri dari : kulit kayu rapet dan daun jati belanda (sebagai
pengelat), daun jungrahap (sebagai diuretik), rimpang kunyit dan temu lawak
(sebagai stomakik sekaligus bersifat pencahar). Dari formulasi ini walaupun
nafsu makan ditingkatkan oleh temu lawak dan kunyit, tetapi penyerapan sari
makanan dapat ditahan oleh kulit kayu rapet dan jati belanda. Pengaruh
kurangnya defakasi dinetralisir oleh temulawak dan kunyit sebagai pencahar,
sehingga terjadi proses pelangsingan sedangkan proses defakasi dan diuresis
tetap berjalan sebagaimana biasa.
C. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi
Zat
aktif pada tanaman obat umunya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu
tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder; sehingga memungkinkan
tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek tersebut
adakalanya saling mendukung (seperti pada herba timi dan daun kumis kucing),
tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau kontradiksi (sperti
pada akar kelembak). Sebagai contoh misalnya pada rimpang temu lawak (Curcuma xanthoriza) yang disebutkan
memiliki beberapa efek farmakologi, antara lain : sebagai anti inflamasi (anti
radang), anti hiperlipidemia (penurun lipida darah), cholagogum (merangsang
pengeluaran produksi cairan empedu), hepatoprotektor (mencegah peradangan hati)
dan juga stomakikum (memacu nafsu makan). Jika diperhatikan setidak-tidaknya
ada 2 efek yang kontradiksi, yaitu antara anti hiperlipidemia dan stomakikum.
Bagaimana mungkin bisa terjadi pada satu tanaman, terdapat zat aktif yang dapat
menurunkan kadar lemak/kolesterol darah sekaligus dapat bersifat memacu nafsu
makan. Hal serupa juga terdapat pada tanaman kelembak (Rheum officinale) yang telah diketahui mengandung senyawa
antrakinon bersifat non polar dan berfungsi sebagai laksansia
(urus-urus/pencahar); tetapi juga mengandung senyawa tanin yang bersifat polar
dan berfungsi sebagai astringent/pengelat dan bisa menyebabkan konstipasi untuk
menghentikan diare. Lain lagi dengan buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang pernah populer karena disebutkan dapat
untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Kenyataan seperti itu disatu sisi
merupakan keunggulan produk obat alam / obat tradisional; tetapi disisi lain merupakan bumerang karena alasan yang
tidak rasional untuk bisa diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Terlepas
dari itu semua, sebenarnya merupakan ‘lahan subur’ bagi para peneliti bahan
obat alam untuk berkiprah memunculkan fenomena ilmiah yang bisa diterima dan
dipertangungjawabkan kebenaran, keamanan dan manfaatnya.
D. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik
dan degeneratif
Sebagaimana
diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di dunia) telah
mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke
bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga
sekarang). Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan
peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi
dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan peningkatan
kesejahteraan umat manusia.
Pada
periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi yang memerlukan
penanggulangan secara cepat dengan mengunakan antibiotika (obat modern). Pada
saat itu jika hanya mengunakan OT atau Jamu yang efeknya lambat, tentu kurang
bermakna dan pengobatannya tidak efektif. Sebaliknya pada periode berikutnya
hinga sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru yang
potensinnya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai penyebab penyakit
infeksi.
Akan
tetapi timbul penyakit baru yang bukan disebabkan oleh jasad renik, melainkan
oleh gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang
tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi.
Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan degeneratif. Yang
termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes (kecing manis),
hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal dan hepatitis;
sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik (radang persendian), asma
(sesak nafas), ulser (tukak lambung), haemorrhoid (ambaien/wasir) dan pikun
(Lost of memory). Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakain
obat dalam waktu lama sehinga jika mengunakan obat modern dikawatirkan adanya
efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu
lebih sesuai bila menggunakan obat alam/obat tradisional, walaupun penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek
samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.
TANAMAN OBAT KELUARGA
(TOGA)
Tanaman obat keluarga atau lebih dikenal dengan
singkatan TOGA merupakan tanaman yang mempunyai khasiat obat yang ditanam pada
sebidang tanah, baik halaman atau di kebun sekitar rumah, atau bahkan di pot
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan.
MENGAPA
TOGA PERLU DIKEMBANGKAN ?
Ada beberapa alasan penting mengapa
TOGA perlu dikembangkan :
1.
TOGA sebagai sumber obat tradisional dapat dimanfaatkan
untuk perawatan kesehatan dan kecantikan skala rumah tangga.
2.
Cukup banyak gangguan kesehatan yang bisa dicegah dan
diobati dengan memanfaatkan TOGA
3.
Pengobatan modern cukup mahal yang terkadang tidak
terjangkau oleh masyarakat.
4.
Membiasakan hidup selaras dengan alam
5.
Turut membantu pelestarian jenis-jenis tanaman obat asli
Indonesia.
MANFAAT TOGA
Berbagai manfaat
dapat diperoleh dari TOGA, diantaranya :
1.
Dapat mendekatkan masyarakat pada pelayanan kesehatan
yang murah, aman, dan siap dimanfaatkan setiap saat.
2.
Memperindah lingkungan rumah tanggasehingga menjadi lebih
hijau dan sehat.
3.
Menunjang kebutuhan sehari-hari akansayuran, buah-buahan,
dan bumbu dapur.
4.
Menunjang pelestarian tanaman yang hampir punah.
PETUNJUK UMUM PEMBUATAN JAMU SEDERHANA DI RUMAH
1. Bahan Baku
Bahan
baku yang segar dicuci, pencucian sebaiknya dalam bentuk utuh (belum
diproses/digiling), jika menggunakan tumbuhan yang sudah dikeringkan harus
diperhatikan ada tidaknya cendawan. Tumbuhan yang sudah dikeringkan juga harus
tetap dicuci.
2. Air
Air yang
digunakan untuk mencuci tumbuhan harus bersih.
3. Peralatan
Untuk
perebusan sebaiknya menggunakan panci atau alat perebus lainnya yang terbuat
dari bahan stainless steel, kaca atau
tanah.
4. Meramu
Sebelum
meramu tangan harus dicuci dan peramuan dilakukan di tempat yang bersih.
5. Bobot dan Takaran
Jangan
menggunakan tumbuhan dalam bobot yang berlebihan karena bisa menimbulkan efek
samping.
6. Penggunaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar