Minggu, 26 Februari 2012

Managemen Analisis Desain Produksi Obat


ANALISIS DISAIN PRODUKSI


Data yang Diketahui

1.   Formula
R/ Ekstrak Morinda citrifolia   1 : 1             250 mg
     Ekstrak Apium graviolens    1 : 2             100 mg
     Bahan pembantu                                   qs

     da in caps

     S bdd cap una

2.   Data Bahan Baku dan Peralatan
a.    Sebanyak 4% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 220 jut jiwa cenderung menderita hipertensi, dan dari jumlah itu diasumsikan 0,2% menjadi pangsa pasar produk.  Kenaikan pangsa pasar diperkirakan 1,00% per tahun.
b.    Data yang dipunyai untuk produksi
Harga ekstrak Morinda citrifolia
Harga ekstrak Apium graviolens
Harga Mengkudu
Harga Seledri
Harga Ekstraktor
Harga Evaporator
Harga Etanol
Tingkat inflasi ekonomi
Kemasan dalam bentuk botol isi 60 kapsul
Biaya produksi
Biaya Promosi
Harga jual yang diinginkan

USD 200/kg
USD 100/kg
Rp  4.000,-/kg
Rp  6.000,-/kg
USD 40.000/unit
USD 20.000/unit
Rp  40.000,-/liter
1,0 % per tahun

Rp  4.000/unit
10 % dari harga jual sediaan
Rp  60.000/botol
          1 USD = Rp 8.000,-
          Produsi ini didisain untuk 5 tahun tanpa kenaikan harga jual.
Catatan : Dianggap setiap orang memakan 2 kapsul setiap hari sehingga setiap orang akan memakan kapsul per bulan, ini berarti 1 unit kemasan dipakai untuk jangka waktu satu bulan.  Dalam 1 tahun setiap orang memakai 12 kemasan (1 tahun = 360 hari).
3.   Perhitungan Awal
a.    Pembuatan kapsul per tahun
Peduduk yang cenderung menderita hipertensi :
4 % x 220.000.000 orang = 8.800.000 orang
Pangsa pasar :
0,2 % x 8.800.000 orang  = 17.600 orang
Jumlah kapsul yang harus dibuat dalam 1 tahun :
17.600 orang x 12 bulan x 60 kapsul  =  12.672.000 kapsul
12.672.000 kapsul : 60 botol = 211.200 botol
b.    Harga penjualan total
17.600 orang x 12 bulan x Rp 60.000,- per botol  =  Rp 12.672.000.000,-
c.    Biaya produksi
211.200 botol x Rp 4.000,- = Rp 844.800.000,-
d.    Biaya promosi
10 % x Rp 12.672.000.000,- = Rp 1.267.200.000,-

4. Jika kapsul diproduksi dengan membeli ekstrak jadi
  1. Kebutuhan ekstrak Morinda citrifolia per tahun
250 mg x 12.672.000 kapsul  =  3.168.000.000 mg = 3.168 kg
3.168 kg x USD 200 x Rp 8.000,-  =  Rp 5.068.800.000,-
b.  Kebutuhan ekstrak Apium graviolens
100 mg x 12.672.000 kapsul  =  1.267.200.000 mg = 1.267,2 kg
1.267,2 x USD 100 x Rp 8.000,-  =  Rp 1.013.760.000,-

Biaya Tetap
Biaya Produksi
Rp    844.800.000,-
Biaya Promosi
Rp 1.267.200.000,-
Total
Rp 2.112.000.000,-

Biaya Variabel
Ekstrak Morinda citrifolia
Ekstrak Apium graviolens
Rp 5.068.800.000,-
Rp 1.013.760.000,-
Total
Rp  6.082.560.000,-
Omzet Total per tahun (100 %) = Rp 12.672.000.000,-
Break Even Point tahun I
= Biaya tetap / (1 - (Biaya variable/Omzet))
= Rp 2.112.000.000,-/ (1 - (Rp 6.082.000,-/Rp 12.672.000.000,-))
= Rp 4.061.538.461,-
Jadi perusahaan akan mengalami tidak untung dan tidak rugi pada tahun pertama pada volume penjualan 32,05 % = 67.692,31 botol.
Laba yang diharapkan pada tahun I
= Penjualan – (Biaya Tetap + Biaya Variabel)
= Rp 12.672.000.000,- - (Rp 2.112.000.000,- + Rp 6.082.560.000)
= Rp 4.447.440.000,-

5. Jika kapsul diproduksi dengan membuat ekstrak sendiri
  1. Kebutuhan Mengkudu per tahun
Diketahui DER 1:1 = 1 kg simplisia menghasilkan 1 kg ekstrak
Dalam 1 tahun mengkudu yang dibutuhkan
= 12.672.000 kapsul x 250 mg = 3.168.000.000 mg = 3.168 kg
3168 kg x Rp 4.000,- = Rp 12.672.000,-
  1. Kebutuhan Seledri per tahun
Diketahui DER 1:2 = 1 kg simplisia menghasilkan 2 kg ekstrak
Dalam 1 tahun ekstrak seledri yang dibutuhkan
= 12.672.000 kapsul x 100 mg = 1.267.200.000 mg = 1.267,2 kg
 Maka seledri yang dibutuhkan
= 1.267,2 kg / 2 = 633,6 kg
633,6 kg x Rp 6.000,- = Rp 3.801.600,-
  1. Kebutuhan Etanol
Untuk ekstraksi, perbandingan yang dipakai adalah : 10 bagian simplisia dalam 75 bagian cairan penyari (Depkes RI, 1986).
Etanol yang dibutuhkan untuk ekstraksi Mengkudu
(3.168 kg/10) x 75 = 23.760 Liter x Rp 40.000,- = Rp 950.400.000,-
Etanol yang dibutuhkan untuk ekstraksi Seledri
(633,6 kg/10) x 75 = 4.752 Liter x Rp 40.000,- = RP 190.080.000,-
          Jadi total etanol yang dibutuhkan
= (23.760 + 4.752) Liter = 28.512 Liter x Rp 40.000,- = Rp 1.140.480.000,-

  1. Alat yang dibutuhkan
Ekstraktor  = USD 40.000 x Rp 8.000,- = Rp 320.000.000,-
Evaporator = USD 20.000 x Rp 8.000,- = Rp 160.000.000,-

 Biaya Tetap
Biaya Produksi
Rp    844.800.000,-
Biaya Promosi
Ekstraktor
Evaporator
Rp 1.267.200.000,-
Rp    320.000.000,-
Rp    160.000.000,-
Total
Rp 2.592.000.000,-
Biaya Variabel
Mengkudu
Seledri
Etanol
Rp     12.672.000,-
Rp       3.801.600,-
Rp 1.140.480.000,-
Total
Rp  1.156.953.600,-

Omzet Total per tahun (100 %) = Rp 12.672.000.000,-
Break Even Point tahun I
= Biaya tetap / (1 - (Biaya variable/Omzet))
= Rp 2.592.000.000,-/ (1 - (Rp 1.156.953.600,-/Rp 12.672.000.000,-))
= Rp 2.852.426.543,-
Jadi perusahaan akan mengalami tidak untung dan tidak rugi pada tahun pertama pada volume penjualan 23,69 % = 50.036,70 botol.
Laba yang diharapkan pada tahun I
= Penjualan – (Biaya Tetap + Biaya Variabel)
= Rp 12.672.000.000,- - (Rp 2.592.000.000,- + Rp 1.156.953.600,-)
= Rp 8.923.046.400,-

6. Kesimpulan
Setelah menganalisis, berdasarkan perhitungan, maka sebagai konsultan, saya akan sarankan untuk membuat ekstrak sendiri, atas pertimbangan nilai BEP yang diperoleh, dimana nilai BEP untuk produksi kapsul dengan membuat ekstrak sendiri lebih kecil dari nilai BEP untuk produksi kapsul dengan membeli ekstrak jadi, hal ini berarti perusahaan bisa kembali modal dengan penjualan produk yang lebih sedikit.  Berdasarkan perhitungan laba, laba yang dihasilkan dari produksi kapsul dengan membuat ekstrak sendiri lebih besar daripada laba produksi kapsul dengan membeli ekstrak jadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar