TETES HIDUNG (nasal drops)
1. PENDAHULUAN
§ Sediaan hidung adalah
cairan, semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada rongga hidung untuk
memperoleh suatu efek sIstemiK atau lokal. Berisi satu atau lebih bahan aktif.
Sediaan hidung sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi pengaruh yang
negativF pada fungsi muKosa hidung dan cilianya. Sediaan hidung mengandung air
pada umumnya isotonik dan mungkin berisi excipients, sebagai contoh, untuk
melakukan penyesuaian sifat merekat untuk sediaan, untuk melakukan penyesuaian
atau stabilisasi pH, untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif, atau kestabilan
sediaan itu.
§ Sediaan hidung
disediakan di (dalam) dosis ganda atau kontainer dosis tunggal, diberikan jika
perlu, dengan suatu alat yang dirancang untuk menghindari paparan dari
kontaminan.
§ Kecuali jika
dibenarkan dan diijinkan, sediaan hidung mengandung air disediakan dalam dosis
ganda kontainer berisi suatu bahan pengawet antimicrobial dalam konsentrasi
yang sesuai, kecuali bahan aktif sediaan tersebut mempunyai aktivitas
antimicrobial yang cukup.
§ Beberapa kategori dari
sediaan hidung mungkin dapat dibedakan:
o
nasal drops and
liquid nasal sprays
o
nasal powders /
bedak hidung
o
semisolid nasal
preparations / sediaan hidung semisolid
o
nasal washes /
pencuci hidung
1.1 Definisi
FI III hal 10
Obat tetes
hidung (OTH) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat megandung zat pensuspensi,
pendapar dan pengawet.
Repetitorium
Obat tetes hidung
(OTH) adalah
larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang digunakan dengan jalan
meneteskannya atau menyemprotkannya kedalam lubang hidung pada daerah
nasopharingeal.
BP 2001 p 1796
Tetes hidung dan
larutan spray hidung adalah larutan, suspensi atau emulsi yang digunakan untuk
disemprotkan atau diteteskan ke dalam rongga hidung.
Penggunaan (Repetitorium)
Umumnya OTH mengandung zat aktif
- Antibiotika (ex : Kloramfenikol, neomisin Sultat, Polimiksin B Sultat)
- Sulfonamida
- Vasokonstriktor
- Antiseptik / germiside (ex : Hldrogen peroksida)
- Anestetika lokal (ex : Lidokain HCl)
1.2 Bentuk sediaan
Pada
dasarnya sediaan obat tetes hidung sama dengan sediaan cair lainnya karena
bentuknya larutan atau suspensi; sehingga untuk teori sediaan, evaluasi, dll
mengacu pada larutan atau suspensi.
1.3 Formula
Formula umum (Fornas)
Bentuk Larutan
|
Bentuk Suspensi
|
- Zat Aktif
- Anti oksidan (bila perlu)
- Pendapar
- pengisotonis
- pelarut
- pengental
|
- Zat aktif
- Pensuspensi
- Pengental
- Pendapar
- Pembawa
|
Bahan Pembantu
a. Cairan
Pembawa :
• Umumnya
digunakan air
• Minyak
lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa obat
tetes hidung
• Catatan
(Repetitorium):
1. Dalam pembawa minyak yang dulu digunakan untuk
aksi depo sekarang tidak lagi digunakan karena dapat menimbulkan pnemonia Upoid
jika masuk mencapai paru-paru.
2. Sediaan OTH tidak boleh mengganggu aksi
pembersih cillia epithelia pada mukosa hiding. Hidung yang berfungsi sebagai
filter yang harus senantiasa bersih. Kebersihan ini dicapai dengan aktivitas
cilia yang secaro aktif menggerakkan lapisan tipis mucus hidung pada bagian
tenggorokan.
3. Agar aktivitas cillla epithelial tidak terganggu maka :
- Viskositas larutan harus seimbang dengan
viskositas mukus hidung. (The Art of Compounding hal 253: pH sekresi hidung
dewasa sekitar 5,5-6,5 sedangkan anak-anak sekitar pH 5-6.7)
- pH sediaan sedikit asam mendekati netral.
- Larutan Isotonis atau Larutan sedikit
hipertonis.
• Cairan pembawa lain
: propilenglikol dan parafin liquid.
b.
pH Larutan dan Zat Pendapar (FI, Fornas, Repetitorium)
·
pH sekresi hidung orang dewasa antara 5,5 -
6,5 dan pH sekresi anak-anak antara 5,0 - 6,7. Jadi dibuat pH larutan OTH
antara pH 5 sampai 6,7. Rhinitis akut menyebabkan pergeseran pH ke arah basa.
Peradangan akut menyebabken pergeseran pH ke arah asam. Larutan sedikit asam
akan leblh efektif bila digunakan untuk pengobatan demam dan infeksi sinusitis.
Obat-obat yang bersifat alkali akan meningkatkan sekresi basa demikian juga
sebaliknya (Fabricant "Modern Medication of Ear, Nose and Throat,"
New York, 1951). Keduanya dapat mempengaruhi aksi cillia. Jadi penggunaan
obat tetes hidunng bersifat basa adalah kontraindikasi selama rinitis akut dan
rinosinusitiss akut (The Art of Compounding hal 254).
·
Kapasitas dapar OTH sedang dan isotonis atau
hampir isotonis karena kapasitas dapar cairan mucus hidung rendah, maka larutan
alkali dari sulfonamida tanpa dapar dapat menyebabkan kerusakan serius pada
cillia. Untuk mengatasi kekuatan basa Sulfonamida yang dapat mengiritasi ini
dianjurkan penggunaan propilenglikol.
·
Disarankan menggunakan dapar fostat pH 6.5
atau dapar lain yang cocok pH 6.5 dan dibuat isotonis dengan NaCI.
c. Pensuspensi
(FI III)
Dapat
digunakan sorbitan (span), polisorbat (tween) atau surfaktan lain yang cocok,
kadar tidak boleh melebihi dari 0,01 %b/v.
d. Pengental
(Repetitorium, Fornas)
Untuk
menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas mucus hidung
(agar aksi cillia tidak terganggu). Sering digunakan :
- Metil selulosa
(Tylosa) = o,1 -0.5 % ;
- CMC-Na = 0.5-2 %
Larutan yang sangat encer/sangat
kental menyebabkan iritasi mukosa hidung.
e. Pengawet (FI
III. Fornas)
Umumnya digunakan :
- Benzolkonium Klorida = O.01 – 0,1
%b/v
- Klorbutanol = 0.5-0.7 % b/v
Pengawet antimikroba digunakan
sama dengan yang digunakan dalam pengawetan larutan obat mata.
f. Tonisitas (Repetitorium).
Kalau dapat larutan
dibuat isotonis (0.9 % NaCI) atau sedikit hipertonis dengan memakai NaCl
atau dekstrosa
g. Sterilitas :
Sediaan hidung steril disiapkan
menggunakan metoda dan material yang dirancang untuk memastikan sterilitas dan
untuk menghindari paparan dari kontaminan dan pertumbuhan dari jasad renik,
rekomendasi pada aspek ini disiapkan dalam bentuk teks pada metoda produksi
sediaan yang steril (BP 2001)
2. PROSEDUR
Mengacu pada bentuk sediaan
larutan atau suspensi.
2. EVALUASI DAN PENYIMPANAN
3.1 Evaluasi
§ Evaluasi sediaan mengacu pada evaluasi larutan atau suspensi (BP 2001)
§ Keseragaman robot
dilakukan untuk sediaan tetes hidung berupa larutan :
timbanglah masa
sediaan tetes hidung secara individu sepuluh wadah, dan tentukan rata-rata
bobotnya. Tidak lebih dari dua bobot individu menyimpang dengan lebih dari 10
persen dari rata-rata bobot dan sama sekali tidak menyimpang lebih dari 20%.
§ Keseragaman isi
dilakukan untuk sediaan tetes hidung berupa emulsi atau suspensi.
3.2
Wadah/penyimpanan
Penyimpanan dilakukan didalam
suatu kontainer yang yang tertutup baik, jika sediaan steril, simpanlah di
dalam wadah steril, yang kedap udara.
Label sediaan tetes hidung harus
mengandung hal-hal berikut (BP 2001) :
·
nama dan jumlah bahan aktif
·
instruksi penggunaan sediaan tetes hidung
·
tanggal kadaluarsa
·
kondisi penyimpanan sedian tetes hidung
4. SEDIAAN DI PUSTAKA
·
Tetes hidung Efedrin (Fornas 118)
Efedrin HCl ............... l00 mg
NaCI .......................... 50 mg
Klorbutanol ............... 50 mg
Propilenglikol............. 500 µl
Aqua destilata hingga
. 10 ml
·
Tetes hidung Antazolin- Nafazolin I (Fornas
29)
Antazolin HCl............. 50 mg
Natazolin Nltrat.......... 2.5 mg
Aqua destilata ............ 3 ml
Pelarut hingga 10 ml
terdiri dari :
Klorbutanol ............... 60 mg
HPMC-200 Cl ............ 140 mg
NaCI .......................... 130mg
Aqua hingga .............. 10 ml
·
Tetes hidung Adrenalin (Fornas 120)
Adrenalin Bitartrat...... 182 mg
Klorbutanol ............... 50 mg
Natrium pirosulfit....... 10 mg
Propilenglikol ............ 500 mg
Aquadest hingga ........ 10ml
·
Tetes hidung Natazolin K (Fornas 202)
Nafozolin NO3 .......... 5 mg
Senzolkonlurn klorida
........... 1 mg
NaH2PO4..................... 22 mg
Na2HPO4 ................... 36 mg
NaCl .......................... 70 mg
Aquodest hingga ........ 10 ml
·
Tetes hidung Antazolin – Fenilefrina (Fornas
31)
Antazolin HCl ............ 12.5 mg
Phenylephrin HCl ...... 25 mg
Natrium sulfit ............ 1.25 mg
NaH2PO4..................... 33.3 mg
Na2HPO4 ................... 16.7 mg
NaCl .......................... 25.8 mg
Metilselulosa .............. 10 mg
Benzalkonium klorida ........... 2 mg
KCl ............................ 34.4 mg
Aquodest hingga ........ 10 ml
·
Tetes hidung Oksimetazolin Hidroklorida (FI IV hal 638,
USP 26 p. 1374)
·
Tetes hidung Fenilefrina Hidroklorida (FI III hal 490)
·
Tetes hidung Nafazolina Hidroklorida (FI III hal 392, USP
26 p. 1272)
·
Tetes hidung Flunisolide (USP 26 p. 799)
·
Tetes hidung Oxytocin (USP 26 p. 1386)
·
Tetes hidung Tetrahydrozoline hydrochloride (USP 26 p.
1798)
·
Tetes hidung Xylometazoline hydrochloride (USP 26 p.
1946)
·
Tetes hidung Phenylephinephrine hydrocloride (USP 26 p.
1460)
·
Tetes hidung Ephedrine (BP 2001 p. 2055)
·
Tetes hidung Xylometazoline (BP 2001 p. 2457)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar