Quantum
Teaching: Mengoptimalkan Potensi Diri
Manusia ternyata rata-rata hanya menggunakan 8% kemampuan otaknya.
Sedangkan orang jenius menggunakan 11% kapasitasnya. Demikianlah pernyataan Dr.
Komarrudin Hidayat, seorang intelektual muda Islam, pada diskusi buku
"Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang
Kelas", yang diselenggarakan oleh Penerbit Mizan dan Yayasan Paramadina,
Jum'at (21/7) di hotel Regent. Salah satu metode belajar yang dapat
meningkatkan potensi diri tersebut adalah Quantum Teaching.
Pembicara pertama Haidar Bagir MA mengungkap sekilas Quantum
Teaching sebagai sebuah metode belajar untuk memaksimalkan kemampuan otak. Agar
belajar mencapai hasil yang maksimal ada beberapa faktor yang mempengaruhi:
rincian di sekitar tempat belajar, cara belajar yang sebaiknya disesuaikan
dengan cara otak kita bekerja dan faktor emosi. Rincian yang dimaksud misalnya
: ruangan belajar yang paling tepat untuk belajar adalah berwarna salem
(oranye yang agak merah-muda). Sedangkan musik yang paling tepat untuk
mendukung proses belajar adalah musik Baroque, seperti Vivaldi atau
Handel. Musik tersebut berdasarkan penelitan ternyata memiliki ketukan yang
sama permenitnya dengan detak jantung orang yang sedang rilek. Dengan begitu
musik menjaga kita tetap rilek sehingga dapat menerima pelajaran dengan lebih
baik dan menyenangkan.
Sedangkan Psikolog Dra. Pamugari Widyastuti melontarkan beberapa pertanyaan seputar metode belajar ini. Diawali dengan menyoroti judul buku yang seakan-akan membatasi tempat belajar hanya di ruang kelas dan hanya ada murid dan guru. Selain itu juga ia mempertanyakan kesiapan budaya kita untuk menerima metode belajar yang 'meriah' ini. Sikap mental masyarakat kitapun sedikitnya akan memberi hambatan untuk menerima metode ini.
Sedangkan Psikolog Dra. Pamugari Widyastuti melontarkan beberapa pertanyaan seputar metode belajar ini. Diawali dengan menyoroti judul buku yang seakan-akan membatasi tempat belajar hanya di ruang kelas dan hanya ada murid dan guru. Selain itu juga ia mempertanyakan kesiapan budaya kita untuk menerima metode belajar yang 'meriah' ini. Sikap mental masyarakat kitapun sedikitnya akan memberi hambatan untuk menerima metode ini.
Sementara Nurcholish Madjid pada kesempatan yang sama
mengungkapkan bahwa manusia yang mampu menggunakan semua potensi otaknya akan
menjadi nabi. Selain itu juga ungkapnya, Allah tidak mamberi batasan terhadap
ilmu.
Mencari ilmu memang wajib bagi setiap orang. Itu berarti metode
belajar yang paling efektif harus terus digali. Tidak ada ruginya metode
belajar seperti ini dicoba penerapannya. Mungkin seruan Jack Canfield, penulis
Chicken Soup for the Soul, perlu disimak : "Untuk guru-guru yang telah
kehilangan idelaisme, gairah, cinta mengajar yang pernah mereka miliki, saya
menganjurkan Quantum Teaching. Buku ini akan mengobarkan kembali api dalam diri
Anda".
Berdasarkan 18 tahun pengalaman dan penelitian lebih 25.000 siswa
- plus sinergi ratusan guru dari segala penjuru dunia - Quantum Teaching adalah
orkestrasi belajar...dengan meriah ...dan dengan segala nuansa.
kk' ada juga quantum Learning kan ?
BalasHapustentang bgmana metode belajar yang efektif dan menyenangkan..
mungkin ada baiknya kalau d post. kan juga ^^